Jumat, 02 Desember 2016

Ternyata Ini Alasan Mang Syarif Tidak Membelah Perut Buaya Pemakan Manusia


TRIBUNNEWS.COM, BANGKA  - Kepala dan badan 'Si Hitam' terbelah dua.
Dua bagian organ tubuh buaya sepanjang empat meter bobot sekitar 350 kg itu, dipotong menggunakan senjata tajam, lalu ditanam pada tempat terpisah di Bibir Sungai Lubuk Bunter Desa Kimak Kecamatan Merawang Bangka, Rabu (30/11) siang.
Buaya itu dipotong dua, setelah dinyatakan mati. Kematiannya, pascaditinggal pulang oleh Pawang, Mang Syarif.
Karena itu pula, Mang Syarif balik lagi ke Desa Kimak.
Binatang yang dia tangkap empat lalu, dan diletakan di Lapangan Bola Desa Kimak, dia potong dua, Rabu (30/11) siang.
Kepada dan badan buaya diangkut menggunakan truk, dibawa kembali ke bibir Sungai Lubuk Bunter Kimak, tempat buaya ini diduga memangsa manusia, Sangkuriang alias Siankuri alias Biel, pekan lalu.
Dua bagian organ tubuh buaya ditanam pada tempat terpisah, di sepadan bibir sungai yang sama.
Baca juga : Tolong diShare...Panas,Dingin,Hujan Penjual Serabi ini Tetap Sabar Dalam Berjualan, Netizen Ramai-Ramai Mendoakannya
Proses pemotongan buaya, hingga penanaman bangkainya, dilakukan oleh Mang Syarif, dibantu warga Desa Kimak.
Tak sedikit warga yang penasaran dengan isi perut buaya karena pawang tak membela perut binatang itu.
"Jadi penasaran apa isi perut buaya itu. Jangan-jangan ada tangan dan kaki manusia di dalamnya," celetuk sejumlah warga.
Rasa penasaran ini, wajar saja. Sebab, saat Korban, Sangkuriang alias Siankuri alias Biel, ditemukan tewas usai diterkam buaya, jasatnya tak utuh lagi. Kedua tangan korban putus, begitu juga pergelangan kaki kanannya, hilang.
Karena itu pula, warga menduga, organ tubuh korban berada di dalam perut buaya.
Kepala Desa (Kades) Kimak, Mustofa kepada Bangka Pos Group, Rabu (30/11) siang menyebutkan alasan pawang tak membelah perut buaya 'si hitam'.
"Hanya kepala yang dipotong, dan kemudian dikubur secara terpisah kepala dan badan buaya. Ini perintah Tokoh Agama Desa Kimak, H Ilyasak," kata Mustofa.
Karena permintaan tokoh agama pula kata Mustofa, Pawang Mang Syarif, tidak mau menunjukan pada masyarakat apa isi perut buaya tangkapannya.
"Karena menurut tokoh agama di sini (Kimak), kalau perut buayadibelah, dan misalnya ditemukan tangan korban, maka organ tubuh korban itu harus dikuburkan satu liang dengan jasad korban yang sudah lebih dulu dimakamkan, pekan lalu," katanya
Jika itu terjadi, lanjut Mustofa, prosesnya akan rumit.
Baca juga : Tukang Parkir di Jogja ini Banyak Dapat Pujian dari Netizen, Kamu Mau Tahu Apa yang Dilakukannya ?
Makam Almarhum Sangkuriang alias Siankuri alias Biel, terpaksa dibongkar kembali, hanya demi menyatuhkan organ tubuh (tangan dan pergelangan kaki kanan) korban.
"Oleh karena itu pula, tokoh agama minta agar perut buaya itu tidak perlu dibelah. Dan pihak keluarga sudah diberikan pengertian," kata Mustofa.
Diberitakan sebelumnya disebutkan, Jasad Sankuriang alias Siankuri alias Biel (40) akhirnya ditemukan, hari ketujuh setelah diterkam buaya Sungai Lubuk Bunter Desa Kimak.
Jasad korban terdampar di semak belukar kebun milik warga, tepi sungai ini, Minggu (20/11) petang.
Jasad korban, tanpa kedua tangan dan tanpa pergelangan kaki kanan, langsung dimandikan dan dikafani, kemudian disalatkan di tempat penemuan. Kemudian jasad dimakamkan, selepas Magrib, Minggu (20/11) malam di TPU Desa Kimak.
Sepekan kemudian, Pawang Mang Syarif berhasil memancing buaya hitam, panjang 4 meter, lebar 63 cm, bobot sekitar 350 kg, empat hari lalu.
Buaya dipajang di Lapangan Bola Desa Kimak, dan menjadi tontotan warga namun, Selasa (29/11), buaya ini mati
Baca juga : Buat Jomblowers...Beruntungnya Jika Calon Pasanganmu Adalah Seorang GURU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar