Ahok mesti lebih giat berkonsultasi dengan dokter spesialis jiwa dan psikolog. Agar emosi dan mentalnya tidak makin memburuk, berpotensi gangguan jiwa dan terancam masuk RS Jiwa.
Apalagi si terdakwa penista agama tersebut terkenal kasar, sering berdusta, labil dan sumbu pendek, pemarah. Perilaku demikian perlu penangan medis secara serius.
Terlebih sejak terseret dalam persidangan yang sangat berlarut-larut, kondisi kejiwaan Ahok makin terlihat tidak normal. Mengalami depresi dan stress berat, semoga tidak bunuh diri.
Walhasil setiap kali persidangan digelar, Ahok bertingkah aneh dan giat melontarkan aneka pernyataan yang provokatif, fitnah dan menyulut kemarahan umat Islam.
Bahkan Ahok bersikap sangat biadab melecehkan Ketua MUI KH Ma’aruf Amin. Kemudian meminta maaf lantaran dihantui ketakutan atas kecaman berbagai tokoh NU dan umat Islam.
Belum puas melecehkan ulama, kini Ahok kembali memfitnah dan menuding Habib Rizieq Syahab (HRS) sebagai “pembohong”. Dan celakanya kesucian dan makna Al Qur’an ditafsirkan semaunya.
“Al-Maidah enggak pernah menyebutkan harus memilih gubernur muslim,” ujarnya di hadapan hakim dalam ruang sidang di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (4/4).
Tapi kemudian, lanjut Ahok, muncul-lah Habib Rizieq dan selalu mengampanyekan Al-Maidah ayat 51 seolah-olah tidak boleh memilih pemimpin nonmuslim.
“Makanya dia (Rizieq) melantik gubernur (tandingan) muslim ini yang saya katakan kebohongan. Bagi saya Rizieq itu pembohong,” tegasnya. (sumber jpnn).
Saran saya, tidak perlu ditanggapi oleh Habib Rizieq, cukup dimaklumi bahwa Ahok makin diduga kuat telah mengalami kerusakan otak dan jiwa yang sangat serius.
Dan sudah tepat seluruh warga Jakarta menolak politisi abnormal apalagi terdakwa penista agama. Tempat yang pantas bagi penghina ulama dan kesucian agama adalah penjara atau RS Jiwa.
oleh : Faizal Assegaf (Ketua Progres 98)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar